vikaspota.com – Bully adalah salah satu game ikonik dari Rockstar yang masih dikenang hingga kini. Dengan setting unik dan gameplay menarik, game ini berhasil mencuri perhatian banyak pemain. Namun, di balik kesuksesan tersebut, proses pengembangan Bully ternyata menyimpan kisah penuh tekanan dan tantangan berat bagi para pengembangnya. Seorang mantan developer Rockstar mengungkap pengalaman sulit selama mengerjakan game ini, yang ternyata jauh dari kesan mudah dan menyenangkan.
“Baca Juga: Chat dengan Meta AI Akan Dijadikan Materi Iklan Resmi”
Mantan Developer Rockstar Ungkap Kondisi Studio yang Mirip Penjara
Andrew Wood, Environment Artist yang terlibat dalam pengembangan Bully, berbagi pengalamannya dalam wawancara dengan majalah Retro Gamer. Ia menggambarkan suasana studio Rockstar saat itu sangat keras dan penuh tekanan. Wood menyebut kondisi kerja di studio seperti hubungan cinta dan benci yang rumit. Meskipun ada momen menyenangkan dan seru, tekanan tinggi dan stres yang berlarut-larut membuat masa tersebut terasa seperti neraka. Ia mengenang bahwa mereka sering melakukan hal-hal gila setelah jam kerja, tapi beban mentalnya tidak kalah besar.
Tekanan dan Stres Berlebihan Memicu Konflik Internal di Studio
Menurut Andrew Wood, tekanan pekerjaan yang terus-menerus dan jam kerja panjang menyebabkan konflik internal yang signifikan di antara para staf. Banyak yang mengalami gangguan mental, atau mental breakdown, akibat beban kerja yang tak tertahankan. Stres yang berlebihan membuat suasana di studio menjadi kacau dan penuh ketegangan. Wood menyebutkan bahwa situasi ini sangat sulit untuk bekerja dalam lingkungan seperti itu, meskipun semua tetap bertahan demi menyelesaikan proyek.
Budaya Crunch Makin Parah Mendekati Waktu Rilis
Budaya crunch atau kerja lembur ekstrem semakin memburuk ketika waktu perilisan game semakin dekat. Wood menjelaskan bahwa istirahat makan siang dan makan malam sering kali dibatalkan, serta pegawai dilarang meninggalkan kantor. Untuk menjaga agar pegawai tetap di studio, perusahaan menyediakan katering sehingga para developer bisa bekerja selama tujuh hari dalam seminggu dengan durasi kerja mencapai 18 jam sehari. Kondisi ini menyebabkan banyak pegawai mengalami burnout dan merasa seperti berada di penjara.
“Baca Juga: OpenAI Hadirkan 4 Gadget ChatGPT untuk Era Baru Smartphone”
Meskipun Berat, Andrew Wood Tetap Bangga dengan Warisan Bully
Walau masa pengembangan penuh tekanan dan beban mental, Andrew Wood mengaku sangat mencintai game yang ia buat. Ia merasa perjuangan dan pengorbanan itu sangat sepadan ketika melihat hasil akhirnya. Setelah 20 tahun sejak perilisan, Bully masih dikenang dan dicintai banyak pemain di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun diwarnai dengan tantangan berat, karya yang lahir dari dedikasi tinggi dapat bertahan lama dan menjadi legenda di industri game.
Pengalaman pengembangan Bully mengungkap sisi gelap budaya kerja di industri game, khususnya praktik crunch yang merugikan kesehatan mental. Tekanan tinggi dan jam kerja panjang menciptakan risiko burnout dan konflik internal. Namun, cerita Andrew Wood juga menunjukkan betapa besar dedikasi para developer dalam menciptakan karya yang ikonik dan abadi. Kisah ini menjadi pengingat pentingnya menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan pekerja di industri yang kompetitif dan dinamis.





Leave a Reply