vikaspota.com – Politikus konservatif Sanae Takaichi resmi terpilih sebagai ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) pada Sabtu, 4 Oktober 2025. Kemenangannya menjadikannya kandidat utama untuk posisi perdana menteri Jepang, sekaligus menjadi perempuan pertama yang memimpin negara tersebut. LDP, yang memerintah Jepang hampir sepanjang era pascaperang, memilih Takaichi untuk memulihkan kepercayaan publik yang menurun. Kenaikan harga dan ketidakpuasan masyarakat mendorong mereka mendukung oposisi. Pemungutan suara parlemen untuk menggantikan Shigeru Ishiba dijadwalkan pada 15 Oktober, di mana LDP unggul dengan jumlah kursi terbanyak.
“Baca Juga: Amanda Manopo Siap Menikah dengan Kenny Austin”
Perjalanan Politik Sanae Takaichi dan Kompetisi Dalam LDP
Sanae Takaichi merupakan satu-satunya perempuan dari lima kandidat LDP dalam pemilihan ketua partai. Ia memenangkan putaran kedua melawan Shinjiro Koizumi, politikus muda dan lebih moderat berusia 44 tahun. Takaichi pernah menjabat sebagai menteri keamanan ekonomi dan urusan dalam negeri. Ia membawa agenda fiskal ekspansif untuk mendukung ekonomi Jepang yang merupakan terbesar keempat di dunia. Dalam menghadapi krisis internal LDP dan meningkatnya dukungan terhadap partai oposisi, Takaichi berjanji membawa perubahan yang lebih tegas dan visioner.
Visi dan Kebijakan Ekonomi Takaichi untuk Jepang
Takaichi mendukung strategi “Abenomics” dari mantan perdana menteri Shinzo Abe, yang menggabungkan belanja publik agresif dan kebijakan moneter longgar. Ia mengkritik kebijakan kenaikan suku bunga Bank of Japan yang dianggapnya memperlambat pertumbuhan. Dalam konferensi pers pasca-kemenangan, Takaichi mengumumkan rencana pemotongan pajak dan peningkatan subsidi, sambil menekankan pentingnya kehati-hatian fiskal. Ia juga menyatakan akan menghormati kesepakatan investasi dengan Amerika Serikat, meski sebelumnya mempertimbangkan opsi pengulangan perundingan tarif.
Posisi Nasionalis dan Dampaknya pada Hubungan Internasional
Sikap nasionalis Takaichi, termasuk kunjungannya ke Kuil Yasukuni yang kontroversial, berpotensi memicu ketegangan dengan negara-negara Asia seperti Korea Selatan dan China. Kuil tersebut dianggap simbol militerisme masa lalu Jepang. Jika terpilih sebagai perdana menteri, Takaichi berjanji untuk memperkuat citra Jepang di dunia dan meningkatkan aktivitas diplomatik luar negeri. Ia mengatakan akan lebih sering melakukan kunjungan internasional untuk menegaskan pesan “Jepang Telah Kembali” sebagai kekuatan global.
“Baca Juga: BNPT Ingatkan Bahaya Rekrutmen Radikal di Game Online”
Implikasi Politik dan Harapan Masa Depan Jepang di Bawah Kepemimpinan Takaichi
Pemilihan Takaichi dianggap sebagai perubahan penting dalam politik Jepang yang didominasi laki-laki. Ia berjanji meningkatkan keterwakilan perempuan di kabinet hingga setara dengan negara-negara Nordik. Namun, sikap konservatifnya dalam isu sosial, seperti menolak perubahan nama keluarga bagi pasangan menikah, membuatnya kurang populer di kalangan perempuan. Meski demikian, dukungan konservatifnya membantu menstabilkan posisi LDP menghadapi gelombang partai Sanseito yang anti-imigrasi dan semakin populer. Masa depan politik Jepang kini bergantung pada kemampuan Takaichi memimpin partai dan negara melewati tantangan ekonomi dan sosial yang kompleks.
Sanae Takaichi hadir di tengah gejolak politik dan sosial Jepang. Dengan pengalaman dan visi yang jelas, ia berusaha mengembalikan kepercayaan publik sekaligus menjawab keresahan masyarakat. Perjalanannya sebagai perempuan pemimpin pertama di Jepang juga menandai babak baru dalam politik nasional. Keberhasilannya akan sangat menentukan arah kebijakan Jepang dalam menghadapi tantangan domestik dan internasional di tahun-tahun mendatang.





Leave a Reply